09 Juni 2009

SISWA MAN JUARA OLIMPIADE SAINS 2009 KABUPATEN LAMONGAN

Siswa MAN Lamongan menjadi juara di olimpiade sains (OSN) kabupaten lamongan tahun 2009, bidang biologi dan kimia. Olimpiade yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lamongan pada tanggal 15 April 2009 lalu. Eka Nur Maulidiyah S. sebagai juara 1 bidang KIMIA, Fitriyah Dwi Apriyanti sebagai juara 1 bidang BIOLOGI, sedangkan matematika menempati peringkat kelima atas nama Mohammad Alvien Abror. Juara 1 akan mewakili kabupaten lamongan pada olimpiade sains se jawa timur.
»»  read more

07 Juni 2009

Jilbab Wanita Muslimah

Dewasa ini kita melihat banyak kaum muslimah yang tidak berjilbab dan apabila ada yang berjilbab bukan dengan tujuan untuk menutup aurat-aurat mereka akan tetapi dengan tujuan mengikuti mode, agar lebih anggun dan alasan lainnya. Sehingga mereka walaupun berjilbab tetapi masih memperlihatkan bentuk tubuh mereka dan mereka masih ber-tasyabbuh kepada orang kafir. Tidak hanya itu mereka menghina wanita muslimah yang mengenakan jilbab yang syar’i, dengan mengatakan itu pakaian orang kolot, pakaian orang radikal, dan mereka mengatakan jilbab (yang syar’i) adalah budaya arab yang sudah ketinggalan zaman, serta banyak lagi ejekan-ejekan yang tidak pantas keluar dari mulut seorang muslim. Hal ini karena kejahilan dan ketidak pedulian mereka untuk mencari ilmu tentang pakaian wanita muslimah yang syar’i. Untuk itu pada edisi ini kami berusaha berbagi ilmu mengenai Jilbab Wanita Muslimah yang sesuai dengan tuntunan syari’at, artikel ini bukan saja khusus untuk kaum hawa, namun para ikhwan, bapak, kakek juga berkewajiban untuk mempelajarinya dan memahami serta mengamalkannya dengan cara mengajak saudari-saudari kita yang berada dibawah tanggung jawabnya dan sekitarnya.

MELIPUTI SELURUH BADAN SELAIN YANG DIKECUALIKAN

Syarat ini terdapat dalam Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat An-Nuur ayat 31, yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman.Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka (mertua) atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara mereka (kakak dan adiknya) atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka (keponakan) atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita…”

Juga Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 59, yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: “Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya: “Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.” Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. “Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.”

Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : “Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.”

BUKAN SEBAGAI PERHIASAN

Ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nuur ayat 31, yang artinya: “Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka.” Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya.

Hal ini dikuatkan oleh Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 33, yang artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti oang-orang jahiliyah.”

Juga berdasarkan sabda Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam: “Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

KAINNYA TIDAK TRANSPARAN

Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali tidak trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).

Di dalam hadits lain terdapat tambahan yaitu : “Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim).

Ibnu Abdil Barr berkata : “Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dans tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.” ( Tanwirul Hawalik III/103).

Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsanya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qibtiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata : “Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis !. Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis,namun ia menggambarkan lekuk tubuh.” (H.R. Al-Baihaqi II/234-235).

HARUS LONGGAR (TIDAK KETAT) SEHINGGA TIDAK DAPAT MENGGAMBARKAN SESUATU DARI TUBUHNYA

Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam pernah memberiku baju Qibtiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: “Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qibtiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaikan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Qibtiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (Ad-Dhiya Al-Maqdisi : Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441).

Aisyah pernah berkata: ” Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya (Ibnu Sad VIII/71). Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel)” (Ibnu Abi Syaibah: Al-Mushannaf II:26/1).

TIDAK DIBERI WEWANGIAN ATAU PARFUM

Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda shalallohu ‘alahi wa sallam: “Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian.” (Muslim dan Abu Awanah).

Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah: Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian tercium olehnya. Maka Abu Hurairah berkata : Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi.” (Al-Baihaqi III/133).

Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata : “Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki” (Al-Munawi : Fidhul Qadhir).

Syaikh Albani mengatakan: Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Berkata Al-Haitsami dalam AZ-Zawajir II/37 “Bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar meskipun suaminya mengizinkan”.

TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN LAKI-LAKI

Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya. Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Abdullah bin Amru yang berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.” (Ahmad II/199-200)

Dari Ibnu Abbas yang berkata: Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda : “Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan.” Dalam lafadz lain : “Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria.” (Al-Bukhari X/273-274).

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).” ( Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi).

Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.

TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN WANITA-WANITA KAFIR

Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya: “Janganlah mereka seperti…” merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan (Al-Iqtidha… hal. 43).

Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini (IV/310): Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman : Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad).“Raaina” tetapi katakanlah “Unzhurna” dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih” (Q.S. Al-baqarah:104).

Lebih lanjut Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (I/148): Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek. Jika mereka ingin mengatakan “Dengarlah kami” mereka mengatakan “Raaina” sebagai plesetan kata “ruunah” (artinya ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46. Allah juga telah memberi tahukan dalam surat Al-Mujadalah ayat 22, bahwa tidak ada seorang mu’min yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mu’min, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.

BUKAN PAKAIAN SYUHRAH (UNTUK MENCARI POPULARITAS)

Berdasarkan hadits Ibnu Umar, Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menge nakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.” (Abu Daud II/172).

Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya (Asy-Syaukani: Nailul Authar II/94). Ibnul Atsir berkata : “Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.” wallahu ‘alam.

(Dikutip dari: Kitab Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah fil Kitabi was Sunnah, Asy-Syaikh Al-Albani)



»»  read more

MAN Comunity Net

MAN Lamongan pada tahun ini Telah mengembangkan sistem dengan pembelajaran yang berbasis IT dengan menggunakan E-Lerning, dengan adanya tuntutan itu para guru dituntut untuk lebih proaktif dalam bidang TIK, para guru di lingkungan MAN Lamongan 75 % sudah familier dengan yang namanya Laptop / Note Book, untuk menunjang wawasan di bidang TIK para guru juga bisa mengakses internet di sekolah dengan fasilitas area HOSpot-MAN, MAN juga memberikan akses internet murah bagi guru dan civitas MAN Lamongan dengan biaya 50 Rb dapat akses Unlimited UP to 1Mbps yang bisa di akses dari rumah, dengan adanya kemudahan fasilitas-fasilitas yang ada diharapkan MAN kedepan bisa lebih unggul di kabupaten lamongan dalam bidang IT dan satu-satunya sekolah Agama yang memanfaatkan teknologi informasi.

»»  read more

Kelompok Kerja Kepala Madrasah Aliyah ( K3MA) Prop. DIYLakukan Kunjungan Silaturrahim ke MAN Lamongan

Kepala-kepala Madrasah Aliyah, baik negeri maupun swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja Kepala Madrasah Aliyah (K3MA) Propinsi DIY, Sabtu 23 Mei 2009 mengunjungi MAN Lamonga. Kunjungan ini menurut Drs. H. Jazim, M.Pd.I. -Kepala MAN 1 Yogyakarta- selaku Ketua Rombongan dimaksudkan sebagai kunjungan silaturrahim dalam rangka melihat dari dekat bagaimana upaya MAN Lamongan meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kepala-kepala MA se DIY untuk pengembangan madrasahnya masing- masing.

Adapun materi kunjungan meliputi kekurikuluman,(struktur program kurikulum, KTSP dan pelaksanaannya, metode pembelajaran,pengembangan kurikulum, pensiasatan pembelajaran mata pelajaran UN, pembekalan keterampilan -life skill-), Sarana prasarana mulai dari pengadaan, perawatan dan optimalisasi pemanfaatannya, serta kehumasan, yakni bagaimana MAN Lamongan menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan yang lain baik sesama MA maupun SMA bahkan MTS/SMP serta hubungan kemitraan yang telah dibangun dengan perusahaan/ pengusaha.
Pada kesempatan itu, Drs. H. Supandi, M.Pd. selaku Kepala MAN Lamongan mengaku “malu” menjadi obyek studi banding, karena belum banyak prestasi yang diraih, belum banyak inovasi yang lakukan. Lebih jauh ia mengatakan bahwa memang sebuah lembaga pendidikan kalau kepingin maju, maka harus rajin mengadakan “ jejaring” atau silaturrahin atau studi banding ke lembaga pendidikan yang lain, tidak harus ke madrasah/sekolah yang sudah sangat maju, tapi bisa juga ke madrasah-madrasah/sekolah selevel, sehingga bisa melahirkan inspirasi baru untuk perbaikan ke depan.
Setelah shering pengalaman,dilanjutkan dengan observasi lapangan, melihat dari dekat proses pembelajaran keterampilan
( menjahit dan elektro), praktek Laboratorium IPA (Biologi) serta laboratorium multimedia.
Beberapa peserta yang sempat dimintai pendapatnya perihal studi banding yang dilakukan mengaku apa yang diketahui telah memberikan inspirasi baru.
Setelah selesai melakukan kunjungan rombongan melanjutkan perjalanannya ke Wisata Bahari Lamongan (WBL). Selamat menikmati keindahan panorama wisata Lamongan. (Luth)

»»  read more

MAN Jember 1 Silaturrahim ke MAN Lamongan



Dalam rangkaian kunjungannya ke MAN 1 Model Bojonegoro, Keluarga besar MAN Jember 1 menyempatkan diri mengunjungi MAN Lamongan. Begitu tiba di kampus MAN Lamongan, rombongan yang diikuti Kepala Madrasah dan staf pimpinan beserta keluarga yang berjumlah 60 orang itu langsung disambut dengan hangat oleh Kepala Madrasah beserta staf pimpinan dan langsung menuju ruang pertemuan. Dalam kunjungan ini, Drs. M. Anwari Sy, MA –Ka MAN Jember 1 selaku ketua rombongan mengatakan bahwa kunjungannya kali ini merupakan kunjungan balasan dari kunjungan yang dilakukan MAN Lamongan pada 1993 yang lalu, yakni dimaksudkan dalam rangka ingin belajar dari siapa saja termasuk MAN Lamongan, selanjutnya sesuatu yang baik akan dibawa pulang dan dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu madrasah.
Dalam sambutannya, Drs. H. Supandi, M.Pd. –Ka MAN Lamongan- menyampaikan bahwa sebenarnya kunjungan kali ini lebih tepat sebagai kunjungan silaturrahin biasa dari pada dikatakan studi banding, karena memang belum bisa dibandingkan, bahkan kalau mau dibandingkan maka perbandingannya sama antara langit dan bumi kerena saking jauhnya, selanjutnya ia mohon didoakan agar seluruh sivitas MAN Lamongan dapat mengemban amanat membawa MAN Lamongan kearah yang lebih maju.
Setelah acara usai, diteruskan ramah tamah dan peninjauan lapangan, kemudian rombongan melanjutkan perjalanannya ke MAN 1 Model Bojonegoro, setelah terlebih dahulu mampir ke Wisata Bahari Lamongan (WBL). Selamat menikmatik keindahan panorama wisata Lamongan (luth).

»»  read more

Pembangunan Masjid

Masjid bagi lembaga pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai wahana pendidikan dalam kegiatan ekstra kurikuler serta pusat pengkajian masalah-masalah social dan keilmuan. Sudah barang tentu fungsi tersebut akan terwujud manakala dikelola dengan menejemen yang bagus dan penyediaan fasilitas yang lebih representative.
Masjid Darussalam MAN Lamongan merupakan bagian dari fasilitas MAN Lamongan. Masjid yang dibangun pada era kepemimpinan Drs. Busiri dengan beaya swadaya wali murid yang telah mengalami perluasan pada saat kepemimpinan Drs. H. Imam Ahmad, M.Si dari 144 m2 menjadi 400 m2 ini kembali diperluas dengan membangun lantai 2 dengan anggaran sebesar Rp. 300.000.000,-, dana dari wali murid, perluasan tahap ke tiga ini dimulai pembangunannya pada pertengahan tahun 2008 pada saat kepemimpinan Drs. H, Abd. Mu'thi, SH. M.Pd. , dan saat ini pembangunannya segera memasuki tahap finishing.
Sebagai penerus estafet kepemimpinan MAN Lamongan, Drs. H. Supandi, M.Pd. bertekad akan meneruskan perluasan masjid ini sesuai dengan harapan para pendahulunya meskipun dana pembangunan sudah minus. Dengan selesainya perluasan ini, diharapkan akan mampu menampung sejumlah kurang lebih 1200 jamaah dari keluarga besar MAN Lamongan sehingga shalat Dhuhur tidak lagi ditunaikan secara bergelombang. Semoga !
»»  read more

05 Juni 2009

MANFAAT IPTEK

Kemajuan teknologi bukan berarti semuanya bermanfaat buat umat manusia, bila tidak dibarengi dengan keimanan, teknologi yang bagaimana dapat bermanfaat bagi umat. Pertanyaan seperti ini sering tercetus bagi para ilmuwan yang ingin membuat umat manusia sejahtera, tapi bagi ilmuwan lainnya yang terkadang muncul gagasan jahat, bagaimana caranya dapat menghancurkan umat demi kepentingan pribadi atau golongan, tanpa berpikir bahwa Allah Swt, menciptakan bumi dan langit ini hanya untuk dijaga dari kerusakan, dan dimanfaat sebaik mungkin untuk kemaslahatan sebagai sarana untuk beribadah pada yang Maha Pencita, Maha Mengetahui, Maha Menghitung. Dalam surat zalzala Allah berifirman “ Fama ya’mal mistqoo la dzarrotin khoeron yaroh, wamaya’mal mistqoo la dzarrotin syarron yaroh” amalan seseorang untuk kebaikan walapun sebesar atom (nuklir) akan Allah balas dengan yang lebih baik, tetapi sebaliknya bila perbuatan orang untuk kebatilan walaupun sebesar atom (nuklir) akan dibalas oleh Allah dalam bentuk adzab (lebih besar)”


Beberapa peristiwa sejak meletusnya Perang Dunia I dan II, berbagai teknologi telah diciptakan oleh manusia, tetapi sifatnya untuk membuat seuatu kehancuran umat. Contoh yang kita kenal dengan peristiwa dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan hirosima, betapa kehancuran itu melanda umat bangsa Jepang yang sedemikian kental adat istiadat ketimuran, kehancuran itu membuat Jepang bangkit dari dunia perang menjadi dunia damai, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi modern, sehingga Jepang dapat berdiri kokoh dan termasuk Negara yang disegani akan perkembangan teknologinya oleh dunia Barat.


Peristiwa terjadinya pembumi hangusuan Nagasaki dan Hirosima oleh Negara yang mengaku sebagai Negara Super Power, tidak membuat Jepang mandul dari pemanfaatan teknologi apapun termasuk teknologi Nuklir, baik itu bidang energi, kesehatan atau industri serta pertanian. Dari niat baik untuk menggali potensi energi yang membutuhkan jumlah sedikit, tetapi menghasilkan energi yang cukup besar dibandingkan dengan harus menggali sumber minyak bumi, atau batu bara. Dan yang patut dikagumi Negara tersebut hamparan daratannya tidak lepas dari potensi bencana gempa bumi, karena buminya mengandung resiko gunung aktif.Mengapa Jepang berani memanfaatan teknologi Nuklir, karena bangsa Jepang yang terkenal dengan budayanya, dan tidak cengeng, dan sudah tahu bahwa teknologi apapun bila disalah gunakan membuat Negara akan hancur dan dia lebih paham akan ayat-ayat Allah Swt, yang sudah tersurat di dalam Al Qur’an (Subachanallah), tetapi bangsa kita yang sebagian umatnya menganut ajaran Islam, malah tidak memahami, bahkan berprinsip lebih baik mengali kekayaan alam seperti minyak bumi, batu bara, yang akan membuat dampak negative lebih besar dari pada dampak positifnya. Penggalian minyak bumi misalnya sebesar mungkin yang dijadikan sumber penghasilan Negara kita, mengapa harga bahan bakar tidak pernah turun bahkan cenderung bertambah mahal dan langka. Masyarakat pengguna minyak tanah saat ini sering menjerit karena kesulitan untuk memperoleh apa yang ia butuhkan hanya untuk keperluan memasak, belum lagi seandainya menyak itu ada harganyapun cukup tinggi. Karena minyak tanah jumlahnya terbatas, maka pemerintah berusaha mengalihkan dengan pemanfaatan teknologi LPG, berapa barel kandungan gas alam yang terkandung di dalam perut bumi ini, pertanyaannya akankah tersedia pada masa yang cukup panjang, atau nanti kita harus impor dari Negara lain.


Bangsa kita terlalu dinina bobokan oleh bangsa lain dengan nyanyian dan dongeng yang sugguh sangat mempengaruhi rasa kedewasaan dan kemandirian, mengakibatkan bangsa ini lebih banyak tertidur lelap dipangkuan ibu pertiwi. Rumah dimasuki penjarahpun sampai tidak tahu, coba hitung berapa kekayaan kita yang sudah berpindah tangan dan diboyong kenegara lain. Terutama para tenaga ahli kita yang disekolahkan ke luar, setelah selesai enggan pulang ke negeri yang terkenal makmur loh jinawi, aman tentrem, tata raharja. Dibalik itu sebagian anak bangsa juga masih banyak yang peduli, ini terbukti dengan kemajuan hasil teknologi yang berkaitan dengan ketahanan pangan bidang pertanian dan peternakan. Hasil litbang iptek nuklir berkembang cukup baik karena sudah menghasilkan 14 varietas padi Pemanfaatan hasil Teknologi Nuklir, yang sekarang dikenal yaitu padi varietas
Diah suci, Mira-1 di daerah Jawa Barat Kabupaten Bandung (Ciparay, Solokan Jeruk, Bojong Malaka dan sekitarnya), Kabupaten Subang (Pamanukan, Pusaka Negara, Patok Beusi dan sekitarnya), Kabupaten Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Ciamis, Kab. Garut. Selain itu di daerah Jawa Timur: Kab. Blitar, Malang, Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung. Daerah Jawa Tengah Kab. Solo, Kab. Klaten, Kab. Brebes dll. Dan masih banyak daerah lainnya yang menanam padi hasil dari litbang iptek nuklir. Demikian pula bidang peternakan, untuk mangatasi kesulitan pakan dan untuk dapat mempercepat penggemukan berat badan, jumlah produksi susu peternak juga sudah merasakan hasil litbang iptek nuklir berupa suplemen pakan ternak, atau pakan ternak siap santap.Mengapa kita anti Nuklir, kalau betul-betul kita rasakan bahwa nuklir itu lebih besar manfaatnya dari modaratnya.


Semoga kita segera lekas bangun dari tidur, dan segera gosok gigi, mandi pakai sabun wangi, berangkat mengaji dan mengkaji dengan kepala dingin dengan tidak menyalahi aturan Allah Swt.
»»  read more

Lomba WEB Blog Kali Pertama di Jatim


Dalam rangka memperingati hari jadi Lamongan ke-440 tahun ini melalui kantor pusat data elektronik (KPDE) menggelar lomba web untuk kalangan pelajar. Lomba web untuk kalangan pelajar ini baru kali partama digelar di Lamongan dan Jawa Timur.
Lomba tersebut bertujuan untuk mewadahi kreativitas para pelajar Lamongan untuk membuat web blog yang saat ini diminati. Lomba yang baru kali pertama diadakan oleh pamkab lamongan bekerjasama dengan PT. Telkom Lamongan
Berdasarkan hasil penilaian,kategori SMA,SMK dan MA Juara I diraih oleh Wahyu Eko Saputro dari SMK PGRI 3 Lamongan dengan web blog (
http://putra-lamongan.blogspot.com) Juara II Iqbal Hafifi dari MAN Lamongan dengan web blog (http://iqbalmanela.blogspo.com) Juara III Ryan Wira Perdana dari SMKN 1 lamongan dengan web blog (http://www.arenga345.blogspot.com).
»»  read more

04 Juni 2009

Penelitian: Marah Lebih Memperpendek Usia


Percaya tidak, semakin sering Anda marah, semakin memperpendek usia Anda. Begitu kata para periset di AS dalam penelitan terbaru Hidayatullah.com—Para peneliti mengatakan, kemarahan dan emosi tinggi lainnya dapat memicu irama jantung mematikan. Riset Ilustrasi sebelumnya memperlihatkan gempa bumi, perang atau kekalahan pada pertandingan sepakbola piala dunia dapat meningkatkan tingkat kematian akibat serangan jantung setelah irama organ tubuh vital ini berdetak terlampau cepat atau dengan ketinggian mematikan. Kondisi tersebut berarti jantung berhenti mensirkulasi darah yang bisa membuat si pemilik jantung meninggal secara tiba-tiba. "Kondisi tersebut diperlihatkan dalam cara berbeda saat Anda berada dalam kondisi tertekan yang memicu kematian mendadak," kata dr Rachel Lampert dari Yale University di New Heaven, Connecticut (AS). Riset diawali dengan memperhatikan bagaimana kemarahan bisa mempengaruhi sistim elektrik jantung. Lampert dan kolega-koleganya melakukan riset terhadap 62 pasien jantung dan menggunakan alat getar jantung yang dilekatkan ke tubuh mereka atau disebut ICD. ICD bisa mendeteksi irama jantung atau "arrhythimia", yang mengantarkan kejutan listrik guna memulihkan detak jantung normal. "Mereka adalah orang-orang yang memiliki beberapa kecenderungan pada arrhythimia. Responden dalam riset ini diminta berolahraga untuk menghitung episod kemarahan mereka belakangan ini sementara itu tim Lampert melakukan tes yang disebut Pengatur Gelombang-T untuk mengukur ketidakstabilan listrik pada jantung. Tim riset secara spesifik mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden guna mengingat kembali episod-episod kemarahan mereka. "Kami dapatkan dalam seting lab bahwa rasa marah atau kemarahan bisa meningkatkan ketidakstabilan elektrik pada pasien-pasien ini," kata Lampert. Selanjutnya, tim riset memantau responden selama tiga tahun untuk menentukan pasien yang mendapat serangan jantung sehingga membutuhkan alat kejut jantung dari benda getar yang dilekatkan pada tubuh mereka. "Orang-orang yang mengalami ketidakstabilan elektrik akibat kemarahan tinggi 10 kali kemungkinan besar dibanding lainnya yang mengalami gangguan arrhytmia," tambah dokter tersebut. Riset menunjukkan kemarahan bisa memicu kematian, setidaknya untuk orang-orang yang cenderung suka marah-marah sehingga menimbulkan gangguan listrik pada jantung. Kemarahan dan stres juga bisa mempengaruhi orang jantungnya normal tapi caranya berbeda dibanding mereka yang memiliki ketidaknormalan pada salah satu organ tubuh vital tersebut. Kematian akibat jantung secara tiba-tiba mencapai lebih dari 400.000 setiap tahun di AS.
»»  read more

Berpikir Positif menghasilkan emosi positif


Seorang ibu memiliki dua orang anak; yang satu bekerja sebagai penjual payung dan yang satu bekerja sebagai penjual eskrim, setiap tahun sang ibu menangisi anaknya karena ia merasa ketika musim hujan datang maka anaknya yang berjualan eskrim tentunya akan kesulitan menjajakan dagangannya dan ketika musim kemarau tiba ia meratapi nasib anaknya yang berjualan payung karena akan sulit menjajakan payung di musim kemarau.Persepsi negatif kita terhadap suatu hal akan membuat kita memandang segala sesuatu dari sisi negatif dan tentunya akan mempengaruhi emosi dan sikap kita selanjutnya.Seandainya sang ibu tersebut mau berpikir positif tentunya setiap tahun ia justru bahagia karena sesunggunhnya ketika musim hujan tiba tentunya sang anak penjual payung akan laku keras, begitu juga ketika musim kemarau tentunya anaknya yang berjualan eskrim akan menangguk untung. begitulah cara kita seharusnya menghadapi persoalan hidup ini, dengan kacamata positf thingking. Karena sesungguhnya yang menggerakkan kita adalah perasaan-perasaan positif tersebut sehingga apapun rintangan dan tantangan akan mudah kita hadapi.Be emotionally intelligent! Positive thinking!
»»  read more

CINTA

Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih, tapi cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi jangan terburu-buru dan pilih yang terbaik.Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang “sempurna” bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri.Jangan pernah bilang “I love you” kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya berbohong.Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya…Cinta bukan “Ini salah kamu”, tapi “Ma’afkan aku”. Bukan “Kamu dimana sih?”, tapi “Aku disini”. Bukan “Gimana sih kamu?”, tapi “Aku ngerti kok”. Bukan “Coba kamu gak kayak gini”, tapi “Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya”.Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas.Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang lebih menyakitkan apabila kamu dilupakan oleh kekasihMu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak “worth it” sekarang, dia tidak akan pernah “worth it” setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Biarkan dia pergi…
»»  read more

Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa


Surat al-Ra'd / 13:28, menyebutkan bahwa dengan mengikat (dzkir) kepada Allah maka hati menjadi tenteram. Dzikir sebagai metode mencapai ketenagan hati dilakukan dengan tata-cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara keras (dzikr jahr), dan dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La ilaha illa Allah ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu. Sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat dianalisis secara ilmiah. Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti: a) Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi itu cenderung aktif bekerja mencari jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang merangsang berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jika seseorang melahirkan suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan ditemukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama. Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap 'kebenaran ilmiah' sampai ia menemukan kebenaran perenial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin. Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma'innah. b) Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, tidak ada habis-habisnya, padahal apa yang dibutuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan tetapi, jika yang dikejar manusia itu Allah SWT yang tidak terbatas kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena 'dunia' manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas. Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat dalam 'uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya. Jadi al-nafs al-muthma'innah adalah nafs yang takut kepada Allah, yakin akan berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, perasaannya tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan emosinya stabil serta kokoh.
»»  read more

Pendidikan Sekarang Dan Masa Depan

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan". Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.

Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.

Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu: (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Dalam rangka merealisasikan 'learning to know', Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.

Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.

Pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.

learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.

Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses "learning to live together" (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.

Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.

Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu: (1) Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan); (2) Bagaimana kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?; (3) Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran); (4) Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?; (5) Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?; (6) Adakah sarana pendukung belajar lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi); (7) Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?.

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media masa/cetak daerah, situs internet, dan sanggar belajar.
»»  read more

MENGENAL KECERDASAN KITA


Apa Kecerdasan Itu?
Kecerdasan dapat kita pahami sebagai kemampuan sesorang untuk melakukan sesuatu. Kemampuan manusia seringkali hanya diukur dari segi kognitif semata, yaitu hal-hal yang dapat diukur dengan angka.Contoh mudahnya adalah bagaimana ketika anak-anak menerima buku rapor. Banyak orang yang mengambil kesimpulan bahwa anak tersbut cerdas, bilamana nilai-nilanya sangat membanggakan. Begitu juga sebaliknya. Atau lebih sempit lagi, pada usia dini kecerdasan hanya diukur dari kelancaran baca-tulis, kelancaran berbicara dan berhitung.Kecerdasan atau kemampuan manusia sebenarnya sangat beragam. Dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga,yaitu:1. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)2. Kecersanan Emosional (Emotional Quotient)3. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)Mengapa selama ini hanya kecerdasan intelektual saja yang dibangga-banggakan oleh masyarakat dan diri kita?Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual itu tidak peting?Lalu apa sebenarnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual itu?Kecerdasan Spiritual (SQ)Merupakan kemampuan kita untuk berahlak mulia dan mengenal siapa diri kita dan Tuhan kita. Jadi SQ bukan hanya kemampuan menjalankan shalat atau membaca Al-Qur’an semata, tapi bagaimana semua ibadah yang kita laksanakan dapat dimaknai dan diaplikasikan dalam kehidupan kita, artinya bagaimana perilaku kita adalah merupakan cerminan dari ibadah yang telah kita laksanakan. Sehingga kita menjadi manusia yang dicintai oleh Tuhan dan mahluk-Nya.Kecerdasan Emosional (EQ)Adalam kemampuan kita untuk dapat mempengaruhi dan diterima orang lain dengan baik. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.Selama ini EQ kurang diajarkan pada anak-anak, sehingga kemampuan anak untuk mencinta dan dicinta oleh sesama menjadi kendala dalam bergaul dan berteman. Dan kesulitan dalam bermasyarakat berawal dari kurangnya kecerdasan emosional kita.Kecerdasan Intelektua (IQ)Ialah kemampuan kita untuk mengolah dan berfikir kognitif. Kecerdasan yang terukur dengan angka-angka sejak kita di bangku sekolah hingga kuliah, adalah kecerdasan intelektual. Kecerdasan inilah merupakan kemampuan yang diolah pada otak sebelah kiri kita. Bagaimana dengan otak sebelah kanan?Mansusia siapapun dia, adalah manluk yang diciptakan Tuhan dan telah mengikat perjanjian dengan-Nya, bahwa dia adalah mahluk-Nya. Pada saat ruh ditiupkan oleh Sang Pencipta, manusia dibekali dengan sifat-sifat yang mulia untuk bekal hidupnya. Sifat-sifat yang ditiupkan Tuhan itulah fitrah yang dibawa lahir di dunia. Jadi ketika manusia telah menjadi janin dan lahir di dunia ini dia telah memiliki fitrah yang suci, fitrah dari Tuhannya.Oleh karena itulah fitrah manusia harus selalu dijaga agar tidak terkotori dan teracuni oleh sifat-sifat syaitan yang sering kita sebut dengan nafsu manusia. Yaitu: dengki, sombong, dusta, malas, berlebihan dan lain sebagainya. Namun kita sering menyebutnya itu adalah manusiawi. Sebenarnya hal-hal tersebut adalah sifat-sifat syaitan yang dikirim syaitan sejak manusia lahir ke muka bumi ini.Mana Yang Harus Didahulukan?Untuk menjaga fitrah, maka perlu dilakukan pengenalan kembali tentang siapa Tuhannya, bagaimana kita sebagai mahluk Tuhan harus menjalankan hidup di dunia ini, bagaimana agar kita dicinta oleh Tuhan. Itulah kecerdasan spiritual.Dengan mengenal siapa Tuhannya dan bagaimana agar dicintai Tuhan serta mahluk-Nya. Maka karakter ini perlu dibentuk atau ditanamkan terlebih dahulu sebelum kita mendapatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Dengan itu insyaallah, kita akan tahu bahwa kecerdasan yang kita miliki adalah untuk menjalankan perintah-Nya. Bukan untuk hal-hal yang akan membawa bahaya bagi diri kita, orang lain dan mahluk lainnya yang ada di sekitar kita. Bagaimana menurut Anda?
»»  read more

SEKBID IX OSIS MAN Lamongan


Sekbid IX OSIS MAN Lamongan sekarang mengadakan kegiatan baru dimana kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal ketrampilan bagi para siswa. Kegiatan kewirausahaan ini dilaksanakan pada hari jum’at setelah pulang sekolah tepatnya jam 14.00 WIB.
Kegiatan kewirausahaan ini meliputi kegiatan ketrampilan sulam menyulam, tata boga dan pembuatan aneka macam minuman. Kegiatan ini tidak hanya menarik minat para siswi tetapi para sisiwa pun juga ikut berperan.

»»  read more

Ekstrakulikuler MAN Lamongan

Ektrakulikuler di MAN Lamongan diantaranya

  • Rebana
  • PMR
  • UKS
  • Pramuka
  • Maching Band
  • Pencita Alam (PALA)
  • Muhadhoroh
  • Ketrampilan Tata Busana
  • Ketrampilan Mebeler
  • Ketrampilan Elektro
  • Basket
  • Volley
  • Kewirausahaan
  • Saka Bayangkara
»»  read more

03 Juni 2009

Pendidikan dalam Perspektif Alquran


Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : "Tidak semata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah". Menurut Armai Arief (2007:175) " bahwa tujuan pendidikan dalam Alquran adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang diciptakan Allah".

Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan 'monumental' yang dicontohkan Luqman lewat materi billisan dan dilakukannya lewat bilamal terlebih dahulu adalah: Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam berpergian, dan rendahkanlah suaramu.

Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita semua yang hidup di jaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir jaman.

Konsep pendidikan dalam perspektif Alquran yang direfleksikan Allah SWT dalam QS. Luqman (31):12-19 selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

12. Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqmman, yaitu : " bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapak; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberikan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan.

16. (Luqman berkata): "Hai anakkua, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui".

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.

Ketokohan Luqman Al-Hakim seperti dijelaskan di atas merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan, hingga dapat melahirkan para ahli pendidikan dibidangnya masing-masing sejak Alquran dilauncingkan oleh pembawa risalah terakhir Rosululloh Muhammad SAW empat belas abad yang lalu hingga sekarang bahkan sampai akhir jaman. Islam memandang dan memposisikan sendi-sendi keilmuan atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sesuatu yang sangat utama dan urgen. Ia merangkul iptek sedemikian rupa sehingga menganggap suci dan disamakan derajatnya dengan jihad bagi perjuangan orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu, juga karya-karya yang mereka temukan tentang fenomena dan rahasia alam semesta ini. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 :

"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Ilmu pengetahuan yang dituju oleh Alquran menurut Widodo (2007: 161) adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja. Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, ekonomi, sejarah, fisika, biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala umum, general ideas, atau grand theory yang perlu dikem,bangkan lagi oleh akal manusia. Dalam pandangan yang bersifat internal-global, ilmu-ilmu dalam Alquran dapat dijabarkan ke dalam masalah-masalah akidah, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, kisah-kisah lampau,berita-berita akan dating, dan ilmu pengetahuan ilahiah lainnya.

Demikian lengkapnya berbagai ilmu yang terdapat dalam Alquran, tidak terkecuali masalah sains dan matematika. Tentang term ini Fahmi Basya (1427H: 95) menjelaskan bahwa Matematika Islam ialah matematika yang menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagi postulat. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa:

" Aku tinggalkan untuk kalian dua urusan, kamu tidakakan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul Allah (Hadits)."

Sebab itu masih menurut dia, dalam Matematika Islam, kita tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalananya, Matematika Islam seolah membuktikan kebenaran sunnah-sunnah Nabi. Data bilangan dari Alquran dan Nabi, diolah dan dibuat model matematikanya. Untuk memperjelas penemuannya dia mengutip QS. Al-Hasyr ayat 21 sebagai berikut :

'Kalau Kami turunkan Alquran ini kepada gunung, sungguh kamu lihat dia tunduk terpecah belah dari takut kepada Allah. Dan Dan itu perumpamaan yang Kami adakan untuk manusia supaya mereka berfikir."

Cuplikan ayat di atas menjelaskan bahwa Alquran adalah suatu Formula. Oleh karena itu diakhir ayat tadi dikatakan 'itu perumpamaan yang kami adakan untuk manusia supaya mereka berfikir'.

Fenomena ini menandakan bahwa Alquran berisi Sains yang perlu difikirkan.
»»  read more

Malas, penghalang kesuksesan

Malas, merupakan salah satu penyebab negara Indonesia ini tertinggal dengan negara lain khususnya hubungannya dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Sebagai contoh janganlah jauh-jauh dahulu ke Eropa, tapi yang dekat terlebih dahulu seperti Malaysia ataupun Singapura yang secara geografis luas negaranya maupun kekayaan alamnya jauh berbeda dengan Indonesia namun jauh berbeda pula dalam hal "manusianya", padahal dulu pelajar maupun guru-guru dari Malaysia datang ke Indonesia ini untuk belajar memperdalam ilmunya. 

Malas bisa berarti banyak hal, malas belajar (umum terjadi pada pelajar) ataupun malas dalam lingkup yang universal yaitu malas dalam mengerjakan sesuatu Tapi memang rasa malas sudah merupakan fitrah dari Tuhan dan kita harus yakin bahwa pemberian Tuhan itu selalu ada manfaatnya, hanya saja permasalahannya terletak pada bagaimana kita mengatasi rasa malas tersebut, mencoba mengambil manfaat atau hikmah dari penanganan rasa malas kita dan belajar melihat dari sudut pandang yang lebih baik. 

Malas itu bisa diibaratkan seperti keimanan kita yang ada kalanya meningkat dan ada kalanya menurun. Tapi ternyata kalau dilatih terus menerus dan teratur keimanan itu bisa meningkat atau setidaknya tidak menurun. Nah..begitupun dengan malas, dengan cara teratur diikuti dengan kekonsistenan kita mengerjakan metode atau cara mengatasi rasa malas, insyaallah rasa malas bisa di atasi dan bukan tak mungkin bisa berubah menjadi rajin.. 

Aku jadi terinspirasi oleh temanku yang mengatakan seperti ini, "wah..kalau ada yang nggak malas, hebatlah". Dari perkataan terdapat makna yaitu orang yang malas dengan yang rajin, yang sukses dengan yang gagal sama-sama menghabiskan waktu 24 jam perhari, yang membedakan hanyalah manajemen dan pemanfaatan waktu tersebut. Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa malas, diantaranya ialah : 

1. Banyak membaca 

Jenis bacaannya bisa bermacam-macam, buku, komik, novel ataupun majalah karena disini tidak mempermasalahkan dahulu apakah buku itu baik atau tidak untuk dibaca, tapi yang penting adalah benar terlebih dahulu, benar dalam rangka untuk membentuk kebiasaan dan sifat tidak malas karena nanti itu akan menjadi kepribadian dan karakter kita. Dampak dari membaca adalah kita akan berfikir lebih "jauh" dan akan merasa rugi jika membuat waktu kita tidak efektif dan terbuang dengan sia-sia karena telah terbiasa untuk selalu mengefektifkan waktunya dengan cara yang benar. DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya "La Tahzan" menuliskan "Berpengetahuan dan berwawasan luas, menguasai banyak teori keilmiahan, berfikir secara orisinil, memahami permasalahan dan argumentasi pijakannya adalah sedikit dari sekian bayak factor yang dapat membantu menciptakan kelapangan di dalam hati. Orang yang berpengetahuan luas adalah orang yang berfikiran bebas dan berjiwa teduh". Sedangkan untuk implementasi dari membaca bisa dengan mengajar, menulis, dll. 

Setelah kita membaca yang benar, kemudian bertambah tingkatan menjadi baik sehingga menjadi "membaca yang benar dan baik". Baik disini mengandung arti membaca buku -buku yang bermanfaat dan baik tentunya seperti buku tentang pengembangan diri, ilmu pengetahuan maupun agama, bukan lagi buku seperti komik, novel , majalah, dsb. yang biasanya informasinya tidak berlaku untuk jangka waktu yang lama dan tentunya dari segi manfaat dan bobot isi berbeda dengan buku yang baik tadi. 

Dan jika setelah membaca kita ingin mempunyai semangat, bacalah buku-buku tentang orang-orang yang sukses atau tokoh -tokoh terkenal, biasanya setelah membaca buku seperti itu, timbul semangat untuk maju dan ingin sukses seperti mereka atau bahkan melebihinya. Bukankah hidup ini harus selalu dinamis dan terus mengalami peningkatan seperti hadits yang sering kita dengar " Barang siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia orang yang terlaknat, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dialah orang yang diridhai atau diberi rahmat oleh Allah". 

2. Permainan pikiran. 

Pokoknya, ketika kita ingin melakukan sesuatu dan tiba-tiba rasa malas muncul, jangan pernah mengucapkan ataupun berpikiran negatif seperti "ah.cape nih, sepertinya tidak akan benar". Lebih baik berpikiran positif seperti "wah..sepertinya asyik nih.pasti rame, come on semangat..semangat,de el el. Karena bagimanapun juga energi yang digunakan untuk berpikiran yang negatif dengan positif itu adalah equal alias sama, jadi bukankah lebih baik apabila kita hanya memasukkan pikiran yang positif saja. Otak secara otomatis akan menerima perintah dan masukan dari kita. Kalau berpikiran malas, pasti rasanya malas terus, otak kita akan mencari alasan supaya kita menjadi malas. "Apa yang anda pikirkan akan menjadi kenyataan" (Quantum Learning). Kemudian jika kita melakukan sesuatu harus sesuai mood dan kalau tidak mood maka yang ada hanya malas, yakinlah tidak akan sempurna, seharusnya mood atau tidak, kerjakan saja. Justru mood itu datang saat kita sedang melakukan suatu kegiatan, bukan sebelum kegiatan tersebut akan dilakukan. Masalah penampakan mood itu hanya sebuah alasan sebagai persembunyian akan rasa malas tersebut. Jadi Intinya kerjakan saja dan selalu berpikiran positif, semua itu akan membuat hidup lebih hidup.. Rasa malas tidak akan pernah hilang jika kita terus berpikiran malas dan hanya menunggu malasnya hilang. Seperti slogan salah satu produk sepatu, Just Do It .! 

3. Memiliki Tujuan 

Hidup bisa diibaratkan dengan sebuah kapal laut dan kitalah nahkodanya. Kalau seorang nahkoda tidak punya tujuan dan tidak mempunyai kejelasan mau dibawa kemana kapal tersebut, maka kapak itu hanya akan terombang-ambing oleh ombak dan hanya mengikuti kemana air mengalir. Dengan tujuan kita punya impian dan akan mengerahkan upaya untuk mencapai tujuan tersebut sehingga rasa malas akan tersingkirkan. 

Sangatlah rugi kalau hidup ini layaknya kapal tadi, hanya mengikuti kemana air mengalir, tidak punya suatu kejelasan. Hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan, seperti kata bijak "masa depan adalah apa yang kita lakukan pada hari ini". Terus kalau kita malas terus bisa ditebak bagaimana jadinya masa depan kita. Semakin banyak yang kita perbuat semakin nyatalah jati diri kita. Kemudian untuk mengatasi malas, kita juga harus selalu introspeksi diri sendiri supaya kita terus memperbaharui diri dan memperbaiki kesalahan yang kita perbuat. Dan jangan lupa juga untuk selalu berpikiran ke depan. Silakan malas malasan sekarang, tapi kita juga harus siap dan berani menanggung akibatnya suatu saat nanti, khan apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Ingat, kitalah pemimpin diri kita sendiri !. 

4. Berdoa 

Meskipun dengan semangat yang menggebu, banyak membaca, dan terus mencari cara untuk menghilangkan malas, tetap saja kalau tanpa seizin -Nya, semua itu tidak akan pernah berhasil. Supaya kita tidak jadi orang yang sombong, banyak - banyaklah berdoa karena doa merupakan suatu pengharapan yang akan membuat kita selalu termotivasi khususnya secara psikologis. Kata - kata yang diucapkan dalam doa akan menjadi suatu pemikiran yang positif bagi kita. Lalu apa yang kita lakukan setelah kita berdoa ? jawabnya adalah ikhtiar. Kita tidak bisa hanya berdoa saja tanpa melakukan suatu upaya. Sebagai wujud tanggung jawab dari doa kita adalah kita bersungguh-sungguh berusaha mewujudkan doa tersebut. Setelah itu barulah kita bertawakkal yang berarti menyerahkan setiap urusan kepada - Nya. Kita harus sadar bahwa kita itu penuh dengan keterbatasan, kita hanya bisa berusaha dan berdoa sedangkan Tuhanlah yang berhak menentukan. Tentunya supaya doa kita dikabulkan, syarat mutlak adalah rajin beribadah.. 

Perlu diingat bahwa yang benar-benar ada itu adalah orang yang rajin dengan yang malas, bukan yang pintar dengan yang bodoh, karena kita itu semuanya makhluk yang unggul, coba bayangkan sebelum kita terlahir ke dunia ini kita sudah bersaing dengan berjuta-juta sperma, dan kitalah yang keluar sebagai pemenangnya. 

Mungkin masih banyak cara-cara yang lain, tapi semoga cara-cara diatas bisa menghilangkan atau minimal mengurangi rasa malas kita. Tapi semuanya kembali kepada diri kita sendiri karena rasa malas akan terus menghantui kalau kitanya sendiri tidak pernah ada keinginan kuat untuk menghilangkannya. Bagaimana ?

»»  read more

Ekspektasi Remaja Terhadap Teknologi

Anak muda jaman sekarang memang beda dengan generasi tahun 70-an dulu, begitu kata kakek-nenek atau orang tua kita. Banyak hal yang membuat jarak antara generasi dulu dengan generasi sekarang, diantaranya adalah soal persepsi tentang inovasi teknologi.

Di abad milenium ini, rata-rata kaum muda sudah bisa menikmati berbagai teknologi mutakhir, yang terkadang melahirkan gaya hidup serba instan. Dan tahukah Anda, ternyata ekspektasi mereka makin lama justru semakin menggila. Entah karena kebutuhan hidup yang membuat mereka berpikir demikian, ataukah karena dorongan industrialisasi dan globalisasi yang kian gencar dari hari ke hari.

Menurut sebuah penelitian terhadap 500 orang remaja dan 1030 orang dewasa yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) bekerjasama dengan Lemelson, ternyata ekspektasi teknologi di masa depan antara kaum remaja dan orang dewasa sangat jauh berbeda.
Contohnya di bidang otomotif, sebanyak 33% remaja yang dijadikan sampel memprediksikan bahwa di tahun 2015 nanti mobil dengan tenaga BBM sudah tak banyak lagi digunakan, sementara hanya 16% orang dewasa yang berpikiran seperti itu.

Sebanyak 22% remaja juga memprediksikan kalau 10 tahun lagi, komputer pribadi (PC) sudah menjadi barang usang dan ketinggalan jaman. Anggapan itu hanya disetujui oleh 10% orang dewasa saja.

Namun, bukan berarti orang dewasa tidak punya ekspektasi apa-apa berkaitan dengan kemajuan teknologi di masa depan. Buktinya, sebanyak 45% orang dewasa memprediksi bahwa di tahun 2015 nanti saluran telepon sudah tak lagi memerlukan kabel, sementara hanya 17% remaja yang berpikir begitu.
Uniknya, para remaja juga beranggapan bahwa inovasi baru di tahun 2015 nanti mampu membantu dunia dalam mengatasi permasalahan seperti air bersih (91%), kelaparan (89%), penyakit (88%) dan juga polusi (84%). Meskipun sebanyak 77% orang dewasa mengakui teknologi akan berperan penting pada saat itu, namun mereka tidak yakin inovasi di masa depan mampu mengatasi masalah kelaparan di seluruh dunia.

Merton Flemings, ilmuwan yang memimpin proyek penelitian itu mengaku sangat terkejut dengan hasil analisis survei yang mereka lakukan. Dia tak pernah mengira kalau para remaja sangat yakin bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah menyangkut hajat hidup manusia di masa depan nanti.
“Para remajalah yang akan melakukan semua inovasi teknologi itu,” kata Flemings penuh harap. Namun, ia juga meragukan apakah remaja-remaja saat ini sudah sadar betul akan pentingnya makna inovasi. Sebab menurut penelitian tersebut, juga diketahui bahwa menjadi ilmuwan ternyata bukan pilihan karir yang diminati para remaja.

Hanya sebanyak 14% remaja yang bercita-cita ingin menjadi ilmuwan, dan hanya 9% saja yang mengaku selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Mayoritas remaja ternyata sangat menginginkan untuk menjadi seniman atau dokter. Paling tidak, dari segi materi atau popularitas, profesi itu masih menjanjikan.


»»  read more

4 Faktor yang menyebabkan Pusaran Energi yang Sangat Besar di Ka’bah



Mengapa berdoa di Multazam sangat Mustajabah
?
Tambah Gambar

Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, salah satunya adalah berdoa di Multazam. Multazam adalah tempat yang paling Mustajabah untuk brdoa kepada Allah , tempat Multazam sendiri adalah suatu tempat di dekat Ka’ba antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah, adakah rahasia yang bisa dijelaskan kenapa berdoa ditempat tesebut sangat Mustajabah …..?

Ada beberapa faktor yang menyebakan mengapa Multazam menjadi tempat yang mustajabah factor pertama adalah nabi Ibrahim As., yang kedua factor hajar Aswat , ketiga Faktor orang yang tawaf , factor Ka’ba sebagai kiblat
Faktor pertama Nabi Ibrahim
Karena nabi Ibrahim orang yang membangun Ka’bah dan beliau juga manusia yang memiliki energi positif yang sangat besar , yang kemudian meresonansi terhadap[ karya karyannya, kemudian beliau juga berhati lembut, bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan Aura positif, maka semakin lembut dan ikhlas seseorang maka semakin tinggi pula aura energi positif yang ditimbulkanya sehingga dapat mempengaruhi lingkungan dan karya karyanya karena beliau juga juga manusia pilihan .
Faktor ke dua Hajar Aswad
Batu hitam yang ditempatkan pada sebuah lubang disalah satu pojok bangunan Ka’bah dugaan saya batu tesebut adalah sisa batu meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi dan sangat bagus, apakah pengaruha dari batu meteorit tersebut bagi kemustajaban Doa , mungkin kalau hanya batu meteor saja barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan Do’a , tetapi karena batu tersebut menjadikarya seoran Ibrahim yang mempunya energi posoitif yang besar sehingga batu yang mempunyai konduktifitas sangat tinggi tersebut menjadi besar peranannya, jadi disini peranan Hajar Aswat sebagai pintu keluar masuknya energi karena ia memiliki daya hantar elektromagnetik yang sangat tinggi.
Faktor ketiga Orang bertawaf yang mengelilingi Ka’bah belawanan ara jarum jam
Faktor penyebab besarnya gelombang Elektromagnet Ka’bah juga dipengaruhi aktifitas jutaan manusia yang bertawaf , apa hubungannya.
Setiap perbutan manusia selalu menghasilkan gelombang electromagnet baik berkata kata, berfikir apalagi sedang melakukan aktitas kenapa demikian karena tubuh kita terdiri dari bio electron yng selalu berputar pada orbitnya disetiap atom penyusun tubuh kita. Disisi lain ternyata jutaan orang yang bertawaf mengelilingi Ka’bah menghasilkan energi yang besar. Darimana asalnya ……?
Dalam ilmu Fisika kita mengenal suatu Kaida yang disebut kaida tangan kanan yaitu
Kaida tangan Kanan
“ jika ada sebatang konduktor ( logam ) dikelilingi oleh listrik yang bergerak belawanan dengan jaru jam maka dikonduktor tersebut akan muncul gelombang electromagnetis yang mengarah keatas “
Faktor ke empat akibat Ka’bah dijadikan sebagai Kiblat oleh orang sholat diseluruh dunia, karena orang Sholat diseluruh dunia memancarkan Energi positif apalagi semua berkiblat kepada Ka’bah, jadi dapat anda bayangkan energi positif yang terpusat di Ka’bah, dan juga menjadi pusat gerakan Sholat sepanjang waktu karena kita tahu sholat kita mengikuti pergerakan matahari , itua artinya setiap saat/waktu esuai gerakan matahari selalu ada orang yang sedang sholat jika sekarang kita Sholat Dhuhur demikian pula wilaya yang lebih barat akan memasuki waktu dhuhur dan seterusnya , atau dalam waktu yang bersamaan orang Indonesia sholat Dhuhur orang yang lebih timur melakukan Sholat Asyar demikian seterusnya.
Jadi dari situlah rahasia mengapa apabila kita berdoa di Multazam sangat Mustajabah ini dikarenakan energi dari doa kita menumpang gelombang electromagnet yang keluar dari ka’bah hal ini mirip pada yang terjadi pancaran radio . kekuata Doa kita menjadi berlipat lipat kali karena terbantu oleh power yang sedemikian besar dari Ka’bah . karenah pengaruh dari power yang begitu besar itulah maka berdoa di multazam sangat Mustajabah . karena itu jangan sembrono melakukan perbuatan – perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian sepontan, hal ini banyak dibuktikan oleh orang orang yang menunaikan ibadah haji


»»  read more

01 Juni 2009

Syukur Itu Indah

Oleh Anugrah Shaputra, 2007-10-27 ''Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.'' (QS Al-Baqarah [2]: 243).
Bisa jadi selama ini kita menjalani kehidupan tanpa rasa syukur. Kita merasa semua yang kita dapat sudah selayaknya menjadi hak kita. Karena itu, ketika kita tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita menjadi kesal. Mungkin juga kecewa, lalu mencela kehidupan. Kita sering memusatkan perhatian pada keinginan kita, meski sebenarnya apa yang kita inginkan itu tidak kita butuhkan. Perhatian kita tidak berpusat pada apa yang telah menjadi milik kita. Akibatnya, kita masih merasa kurang dengan apa yang kita miliki saat ini. Selain itu, kita cenderung membanding-bandingk an diri kita dengan orang lain. Kita menganggap orang lain lebih beruntung. Seringkali kita menetapkan syarat yang sangat sulit untuk bisa kita penuhi agar bisa bahagia. Kita akan bahagia kalau mempunyai sesuatu yang dimiliki orang lain. Namun, begitu mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas dan menginginkan yang lebih lagi. Kita tak pernah merasa cukup dengan banyaknya harta yang kita miliki. Bila itu yang terjadi, kita memang belum bersyukur. Nafsu yang bersemayam di dalam hati menjadi berhala, dan justru kita sendiri yang menjadi budaknya. Inilah akar segala ketidakbahagiaan. Orang yang tidak bersyukur adalah orang yang tidak berterima kasih. Hatinya dikuasai oleh keserakahan sehingga ia tidak peduli, sebanyak apa pun dia memperoleh, dia menjadi semakin serakah. Ketika hanya memperoleh sedikit daripada yang telah ia rencanakan, ia menolak untuk berterima kasih. Dalam hidup ini, kita tak selalu mendapatkan apa yang kita sukai. Karena itu, kita mesti belajar menyukai apa pun yang kita dapatkan. Kita belajar untuk mewujudkan perasaan syukur. Bersyukur adalah sikap menerima dengan lapang dada, senang, tulus, pasrah, dan berterima kasih. Dengan demikian, syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Orang 'kaya' bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tapi orang yang dapat menikmati apa pun yang mereka miliki. Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Dengan bersyukur, perasaan damai dan tenteram akan senantiasa meliputi diri kita. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.
»»  read more

MADRASAH SEBAGAI THE CENTRE OF EXCELLENCE

A. Pendahuluan
Dalam perspektif historis, Indonesia merupakan sebuah negeri muslim yang unik, letaknya sangat jauh dari pusat lahimya Islam (Mekkah). Meskipun Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke tujuh, dunia internasional mengakui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan Pendidikan Agama Islam di Indonesia.
Lembaga Pendidikan Agama Islam pertama didirikan di Indonesia adalah dalam bentuk pesantren (Sarijo, 1980; Dhofier, 1982). Dengan karaktemya yang khas "religius oriented", pesantren telah mampu meletakkan dasar-dasar pendidikan keagamaan yang kuat. Para santri tidak hanya dibekali pemahaman tentang ajaran Islam tetapi juga kemampuan untuk menyebarkan dan mempertahankan Islam.
Masuknya model pendidikan sekolah membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi umat Islam saat itu, yang mengarah pada lahirnya dikotomi ilmu agama (Islam) dan ilmu sekuler (ilmu umum dan ilmu sekuler Kristen). Dualisme model pendidikan yang konfrontatif tersebut telah mengilhami munculnya gerakan reformasi dalam pendidikan pada awal abad dua puluh. Gerakan reformasi tersebut bertujuan mengakomodasi sistem pendidikan sekolah ke dalam lingkungan pesantren (Toha dan Mu'thi, 1998). Corak model pendidikan ini dengan cepat menyebar tidak hanya di pelosok pulau Jawa tetapi juga di luar pulau Jawa. Dari situlah embrio madrasah lahir.
B. Eksistensi Madrasah
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif lebih muda dibanding pesantren. Ia lahir pada abad 20 dengan munculnya Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905 dan Sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat tahun 1909 (Malik Fadjar, 1998). Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan sistem pendidikan Islam yang telah ada. Pembaharuan tersebut, menurut Karl Sternbrink (1986), meliputi tiga hal, yaitu:
1. Usaha menyempumakan sistem pendidikan pesantren,
2. Penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, dan
3. Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem pendidikan Barat.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional. Munculnya SKB tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri dalam Negeri) menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah cukup kuat beriringan dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya SKB tiga menteri tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya (Malik Fadjar, 1998). Di dalam salah satu diktum pertimbangkan SKB tersebut disebutkan perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah agar lulusan dari madrasah dapat melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
C. Problema Madrasah
Sebagai upaya inovasi dalam Sistem Pendidikan Islam, madrasah tidak lepas dari berbagai problema yang dihadapi. Problema-problema tersebut, menurut Darmu'in (1998), antara lain:
1. Madrasah telah kehilangan akar sejarahnya, artinya keberadaan madrasah bukan merupakan kelanjutan pesantren, meskipun diakui bahwa pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia.
2. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi, madrasah diidentikkan dengan sekolah karena memiliki muatan secara kurikulum yang relatif sama dengan sekolah umum. Di sisi lain, madrasah dianggap sebagai pesantren dengan sistem klasikal yang kemudian dikenal dengan madrasah diniyah.
Dengan demikian, sebagai sub sistem pendidikan nasional, madrasah belum memiliki jati diri yang dapat dibedakan dari lembaga pendidikan lainnya.
Efek pensejajaran madrasah dengan sekolah umum yang berakibat berkurangnya proporsi pendidikan agama dari 60% agama dan 40% umum menjadi 30% agama dan 70% umum dirasa sebagai tantangan yang melemahkan eksistensi pendidikan Islam. Beberapa permasalahan yang muncul kemudian, antara lain:
1. Berkurangnya muatan materi pendidikan agama. Hal ini dilihat sebagai upaya pendangkalan pemahaman agama, karena muatan kurikulum agama sebelum SKB dirasa belum mampu mencetak muslim sejati, apalagi kemudian dikurangi.
2. Tamatan Madrasah serba tanggung. Pengetahuan agamanya tidak mendalam sedangkan pengetahuan umumnya juga rendah.
Diakui bahwa model pendidikan madrasah di dalam perundang-undangan negara, memunculkan dualisme sistem Pendidikan di Indonesia. Dualisme pendidikan di Indonesia telah menjadi dilema yang belum dapat diselesaikan hingga sekarang. Dualisme ini tidak hanya berkenaan dengan sistem pengajarannya tetapi juga menjurus pada keilmuannya. Pola pikir yang sempit cenderung membuka gap antara ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum. Seakan-akan muncul ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (kafir). Padahal dikhotomi keilmuan ini justru menjadi garapan bagi para pakar pendidikan Islam untuk berusaha menyatukan keduanya.
Dualisme pendidikan Islam juga muncul dalam bidang manajerialnya, khususnya di lembaga swasta. Lembaga swasta umumnya memiliki dua top manager yaitu kepala madrasah dan ketua yayasan (atau pengurus). Meskipun telah ada garis kewenangan yang memisahkan kedua top manager tersebut, yakni kepala madrasah memegang kendali akademik sedangkan ketua yayasan (pengurus) membidangi penyediaan sarana dan prasarana, sering di dalam praktik terjadi overlapping. Masalah ini biasanya lebih buruk jika di antara pengurus yayasan tersebut ada yang menjadi staf pengajar. Di samping ada kesan mematai-matai kepemimpinan kepala madrasah, juga ketika staf pengajar tersebut melakukan tindakan indisipliner (sering datang terlambat), kepala madrasah merasa tidak berdaya menegumya.
Praktek manajemen di madrasah sering menunjukkan model manajemen tradisional, yakni model manajemen paternalistik atau feodalistik. Dominasi senioritas semacam ini terkadang mengganggu perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Munculnya kreativitas inovatif dari kalangan muda terkadang dipahami sebagai sikap yang tidak menghargai senior. Kondisi yang demikian ini mengarah pada ujung ekstrem negatif, hingga muncul kesan bahwa meluruskan langkah atau mengoreksi kekeliruan langkah senior dianggap tabiat su'ul adab.
Dualisme pengelolaan pendidikan juga terjadi pada pembinaan yang dilakukan oleh departemen yaitu Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag). Pembinaan Madrasah di bawah naungan Depag berhadapan dengan Sekolah umum di bawah pembinaan Depdiknas sering menimbulkan kecemburuan sejak di tingkat (SD dan MI) hingga perguruan tinggi. Dari alokasi dana, perhatian, pembinaan manajerial, bantuan buku dan media pembelajaran, serta penempatan guru, hingga pemberian beasiswa pendidikan lanjut sering tidak sama antara yang diterima oleh sekolah umum (Depdiknas) dengan madrasah (Depag).
Kesenjangan antara madrasah swasta dan madrasah negeri pun tampaknya juga menjadi masalah yang belum tuntas diselesaikan. Gap tersebut meliputi beberapa hal seperti pandangan guru, sarana dan prasarana, kualitas input siswa dan sebagainya yang kesemuanya itu berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada mutu pendidikan. Yang demikian ini karena munculnya SKB tiga menteri tersebut belum diimbangi penyediaan guru, buku-buku dan peralatan lain dari departemen terkait (Malik Fadjar, 1998).
D. Madrasah di Era Modern
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan (Haedar Nashir, 1999) dan di saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang.
Terlepas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti persyaratan akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang menimbulkan kesan madrasah sebagai 'sapi perah', madrasah yang memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu menjadi salah satu tumpuan harapan bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi yang semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban teknologi dan materi. Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan dalam berbagai lingkungan. Di lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang yang asing, karena memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari. Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual aids, kesan kumuh, jorok, ortodok, dan exclusive yang selama itu melekat pada pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolit makin tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekedar berniat menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) hingga yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren tersebut, orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana. Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan putra putri konglomerat, sekali daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah fasilitas didapat. Ma'had Al-Zaitun yang berlokasi di daerah Haurgelis (sekitar 30 KM dari pusat kota Indramayu), yang baru berdiri pada tahun 1994, juga telah menjadi incaran masyarakat modern kelas menengah ke atas, bahkan sebagian muridnya berasal dari negara-negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian, model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya tawar yang cukup tinggi.
Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang mengutamakan penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan Inggris. Pondok Pesantren yang didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren Modem Gontor Ponorogo pada tahun 1990 itu telah menampung sekitar 1300 santri (siswa).
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di pesantren yang pada umumnya berlokasi di luar kota dirasa tidak cukup memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu banyak model pendidikan madrasah bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil maupun di kota-kota metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan etika agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan Islam. Etika pergaulan, perilaku dan performance pakaian para santrinya menjadi daya tarik tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup dunia akhirat sebagaimana tujuan pendidikan Islam (Al-Abrasyi, 1970; Jalaluddin dan Said, 1996).
Realitas menunjukkan bahwa praktek pendidikan nasional dengan kurikulum yang dibuat dan disusun sedemikian rupa bahkan telah disempurnakan berkali-kali, tidak hanya gagal menampilkan sosok manusia Indonesia dengan kepribadian utuh, bahkan membayangkan realisasinya saja terasa sulit. Pendidikan umum (non madrasah) yang menjadi anak emas pemerintah, di bawah naungan Depdiknas, telah gagal menunjukkan kemuliaan jati dirinya selama lebih dari tiga dekade. Misi pendidikan yang ingin melahirkan manusia-manusia cerdas yang menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kekuatan iman dan taqwa plus budi pekerti luhur, masih tetap berada pada tataran ideal yang tertulis dalam susunan cita-cita (perundang-undangan). Tampaknya hal ini merupakan salah satu indikator dimana pemerintah kemudian mengakui keberadaan madrasah sebagian dari sistem pendidikan nasional.
Pendidikan moral yang dilaksanakan melalui berbagai cara baik kurikuler (Pendidikan Nasional dan Ketahanan Nasional atau PPKN) maupun ko kurikuler (Penataran P-4) telah melahirkan elit politik yang tidak mampu tampil sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) bahkan memberikan kesan korup dan membodohi rakyat. Kegiatan penataran dan cerdas cermat P-4 (Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila) tidak lebih dari aktivitas ceremonial karakteristik. Disebut demikian karena kegiatan tersebut telah meloloskan para juara dari peserta yang paling mampu menghafal buku pedoman dan memberikan alasan pembenaran, bukan mereka yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancsila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, para peserta penataran atau cerdas cermat P-4 berlomba-lomba menghafal butir-butir Pancasila tanpa berusaha melaksanakannya di dalam kehidupan nyata. Itulah di antara faktor yang mempengaruhi turunnya moralitas bangsa ini (Dradjat, 1971).
Setelah kebobrokan moral dan mental merebak dan merajalela, orang baru bangun dan sadar bahwa pendidikan moral yang selama ini dilakukan lebih berorientasi pada pendidikan politik pembenaran terhadap segala pemaknaan yang lahir atas restu regim yang berkuasa. Upaya pembinaan moral yang bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia sesuai dengan cita-cita nasional yang tertuang dalam perundang-undangan telah dikesampingkan dan menjadi jauh dari harapan.
Keberhasilan pendidikan secara kuantitatif didasarkan pada teori Benjamin S. Bloom (1956) yang dikenal dengan nama Taxonomy of Educational Objectives, yang mencakup tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Meskipun demikian, keberhasilan output (lulusan) pendidikan hanyalah merupakan keberhasilan kognitif. Artinya, anak yang tidak pemah shalat pun, jika ia dapat mengerjakan tes PAl (Pendidikan Agama Islam) dengan baik maka ia bisa lulus (berhasil), dan jika nilainya baik, maka ia pun dapat diterima pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Lain halnya dengan outcome (performance) seorang alumni Madrasah, bagaimanapun nilai raport dan hasil ujiannya, moral keagamaan yang melekat pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan lembaga pendidikan yang menjadi tempat ia belajar. Karena itulah keberhasilan out-come disebut keberhasilan afektif dan psikomotorik. Bagi lembaga pendidikan "Madrasah", kedua standar keberhasilan (output dan outcome) yang mencakup tiga domain taxonomy of educational objectives, tidak dapat dipisahkan. Di samping Madrasah mendidik kecerdasan, ia juga membina moral dan akhlak siswanya (Al-Abrasyi, 1970; Abdullah, 1994). Itulah nilai plus madrasah dibandingkan sekolah umum yang menekankan pembinaan kecerdasan intelek (aspek kognitif).
F. Peran Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Madrasah
Munculnya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk memberi peluang kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, tidak mengagetkan para pengelola madrasah. Madrasah juga lebih survive dalam kondisi perubahan kurikulum yang sangat cepat, karena kehidupan madrasah tidak taklid kepada kurikulum nasional. Manajemen desentralisasi memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melaksanakan PBM sesuai dengan kebutuhan yang dikondisikan untuk kebutuhan lokal. Dengan demikian, maka madrasah mendapatkan angin segar untuk bisa lebih exist dalam mengatur kegiatannya tanpa intervensi pemerintah pusat dalam upaya mencapai peningkatan mutu pendidikannya. Melalui proses belajar mengajar yang didasari dengan kebutuhan lokal, kurikulum tidak terbebani dengan materi lain yang sesungguhnya belum atau bahkan tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada jenjang tersebut. Efektivitas proses belajar mengajar diharapkan bisa tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Adapun meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam pendidikan menyebabkan para pengelola madrasah memfokuskan pada program-program tambahan sebagai sarana meningkatkan kualitas pendidikan. Program remidial dan kursus untuk meningkatkan perkembangan kognitif, sosial dan emosional dari siswa yang berkemampuan rendah dalam taraf perekonomian dan hasil belajar merupakan program-program kompensasi, bukan untuk menggantikan program-program yang ada.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang tua siswa (POMG) yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah. Melainkan keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan.


»»  read more
Blog Widget by LinkWithin
 

Link Exchange

Manela

Artikel Terbaru

Komentar Terbaru

Page copy protected against web site content infringement by Copyscape
MAN Lamongan: Generasi Islam Yang Unggul Dalam Prestasi, Trampil, Serta Berwawasan Lingkungan